Rabu, 22 Desember 2010

Gaya Komunikasi yang Tidak Sehat di Kantor

Komunikasi, aktivitas ini telah menjadi indikator utama efektivitas kinerja suatu perusahaan.


Bagaimana seorang karyawan dapat beradaptasi dengan rekan kerja, atasan, dan bawahannya turut ditentukan oleh gaya komunikasi individu. Gaya komunikasi adalah personal style yang seakan menentukan kesuksesan seseorang dalam pergaulan, terutama di lingkungan yang baru. 
 
Pada umumnya orang yang sukses dalam pergaulan bukan saja memahami dampak gaya komunikasinya pada orang lain, ia pun telah berhasil mengubahnya menjadi gaya komunikasi yang luwes dan menyenangkan, dimana gaya komunikasi yang luwes itu menambah kekuatan atau bahkan melengkapi kekurangan isi pesan yang ingin ia kemukakan.
 
Berikut adalah beberapa gaya komunikasi yang sebaiknya kita hindari dalam interaksi antarindividu dalam suatu kantor/ perusahaan :
 
Gaya 1 : Si Penganggap
Ungkapan yang biasanya terlontar dari dirinya adalah, " Saudara seharusnya sudah mengerti maksud saya”. Si Penganggap umumnya melakukan satu kesalahan yang cukup serius dalam komunikasi, yakni menganggap orang lain pasti memahami isi hatinya. Sebelum kita menganggap orang lain sudah menangkap maksud kita, kita perlu mengecek ulang, apakah benar ia sudah memahami pembicaraan kita. Gaya komunikasi seperti ini acap kali membuahkan kekecewaan dan bahkan kemarahan.
 
Gaya 2 : Si Sepenggal
Orang ini selalu berpikir, "Bukankah saya sudah mengatakan semuanya itu”. Meskipun sesungguhnya yang terjadi adalah ia memang belum mengemukakan seluruh pikirannya alias baru sepenggal informasi saja yang disampaikan. Sewaktu kita berbicara, kecepatan pikiran kita bergerak dari satu topik ke topik yang lainnya tidaklah sama dengan kecepatan lidah kita mengungkapkan isi pikiran itu sendiri.

Bagi Si Sepenggal, pikirannya bergerak telalu cepat atau lidahnya terlalu lamban sehingga maksud hatinya tidak tertuang sepenuhnya melalui bahasa ucapan. Si Sepenggal rentan terhadap frustasi karena komunikasinya menjadi terpotong-potong dan sudah tentu membuka pintu terhadap kesalahpahaman pesan.
 
Gaya 3 : Si Peremeh
Ucapan Si Peremeh pada umumnya ditandai dengan kalimat sejenis ini, "Kenapa sih kamu tidak mengerti-mengerti?".Si Peremeh memiliki satu masalah yang lumayan serius yakni ia memperlakukan semua orang sama seperti dirinya. Alhasil, apabila orang lain tidak bisa mengikuti kemauan atau pikirannya, ia pun akan marah.

Sewaktu marah, bukannya ia melihat bahwa memang orang lain berbeda dengannya, ia justru memandang perbedaan sebagai kekurangan di pihak penerima pesan. Gaya komunikasi ini cenderung merusakkan hubungan dengan orang lain. Karena siapa saja yang pernah disakitinya akan menjaga jarak karena tidak mau berhubungan lagi.
 
Gaya 4 : Si Penyenang
Si Penyenang mempunyai satu misi dalam hidupnya, yakni menyenangkan hati semua orang. Akibatnya, perkataan seperti ini yang sering keluar dari bibirnya,"Saya akan lakukan apa saja bagimu asalkan kamu bahagia”. Berbicara dengan Si Penyenang memang bisa menyenangkan karena ia akan mengangguk-angguk setuju saja, namun biasanya gaya komunikasi ini dapat mendangkalkan relasi pribadi.

Sukar sekali untuk mengetahui hati Si Penyenang karena ia tidak terbuka. Ketidakterbukaannya itu juga cenderung membuatnya menumpuk semua perasaan dalam hati. Kalau tidak tertahankan, ia mudah menjadi orang tertekan dan tidak bahagia.
 
Gaya 5 : Si Pelupa
Kita bisa lupa dan adakalanya sengaja melupakan peristiwa tertentu. Malangnya, Si Pelupa lupa dan melupakan terlalu banyak hal dan frekuensinya terlalu sering. Ia acap kali berujar, "Tidak, saya tidak merasa mengatakan hal itu”. Padahal kenyataannya ialah ia mengatakan hal tersebut, baik karena lupa atau melupakan informasi yang akhirnya dibutuhkan oleh orang lain.

Gaya komunikasi ini cenderung melemahkan kepercayaan orang pada dirinya sendiri. Orang lain dapat membentuk anggapan bahwa Si Pelupa meremehkan atau bisa juga, orang lain menilai bahwa Si Pelupa tidak tulus. Hal ini sungguh tak menguntungkan karena komunikasi sangat bergantung pada kepercayaan 
 
Gaya 6 : Si Pendebat
Repot juga berkomunikasi dengan Si Pendebat karena pembicaraan dengannya cenderung menjadi arena balapan kebenaran. Perhatikan kata- kata yang biasanya keluar dari mulutnya, "Apa benar saya berkata demikian?”, ”Apa kamu yakin ?”, “Bagaimana dengan dirimu sendiri ?". Si Pendebat kaya dengan kata-kata dan gaya berkomunikasinya mirip dengan taktik menyerbu orang lain dengan bombardir kata-kata.

Si Pendebat cenderung melemparkan fokus masalah ke pihak lawannya sehingga ia bebas dari kesulitan. Gaya komunikasi ini bisa menimbulkan rasa tidak suka dan jenuh pada orang lain karena bicara dengannya membuat diri merasa diserang. Lebih jauh lagi, Si Pendebat akhirnya membuat orang beranggapan bahwa ia senantiasa mengelak dari tanggung jawabnya.
 
Gaya 7: Si Talenan
Rasa iba, kasihan, simpati adalah beberapa kata yang sering diasosiasikan dengan Si Talenan karena perasaan-perasaan seperti itulah yang timbul tatkala melihatnya. Si Talenan selalu menyediakan dirinya menjadi sasaran tudingan orang lain tanpa benar-benar menyadari di mana letak kesalahannya. Ucapan seperti ini cenderung muncul dari bibirnya, "Betul, memang saya yang salah dan sudah sepantasnya dimarahi".

Masalahnya ialah, ia melakukan itu karena tidak berani atau berkekuatan menyatakan kebenaran. Ia tidak suka keributan dan baginya silang pendapat tidaklah bijaksana dan harus  dihindari. Gaya komunikasi ini sangat merugikan dirinya dan bisa mengundang penghinaan dari orang lain.
 
Dari penjelasan di atas kita melihat bahwa gaya komunikasi dapat memancarkan kepribadian kita yang sesungguhnya, namun bisa pula merupakan gaya yang dipelajari. Adakalanya untuk mendapatkan penerimaan dari pihak lain, kita terpaksa mengikuti gaya komunikasi yang tertentu. Gaya komunikasi baik bawaan kepribadian maupun yang kita pelajari dari keluarga dan lingkungan tentulah perlu dikoreksi. Salah satu caranya adalah dengan meminta tanggapan dan pendapat orang lain setelah mereka mendengar ucapan kita. Memang, adakalanya hal yang penting tampaknya sederhana seperti halnya gaya kita berkomunikasi.